TEKNIK PEMBESARAN IKAN KOI
Teknik pembesaran ikan koi
a. Wadah
pemeliharaan
Ikan
koi secara alami hidup di air deras sehingga membutuhkan air jernih dan
berkadar oksigen tinggi. Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di kolam
sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk merangsang
pewarnaan tubuh. Kolam sebagian dinaungai karena sinar matahari yang terlalu
banyak menyebabkan suhu air kolam meningkat dan air kolam menjadi keruh akibat
blooming fitoplankton.
Koi berukuran kecil dapat ditempatkan di akuarium,
walaupun ini tidak dapat menjadi habitat permanen. Bila dipelihara dalam
kelompok, koi akan belajar untuk tidak mengganggu ikan yang berukuran sama,
tetapi memakan ikan yang lebih kecil. Koi suka menggali dasar kolam sehingga
menyebabkan akar tanaman rusak.
b. Wengelolahan kualitas air
Air merupakan media hidup dan mempengaruhi kualitas
tampilan ikan koi sehingga perlu mendapat perhatian. Kualitas air untuk
mendukung perkembangan koi secara optimum adalah sebagai berikut:
Suhu
air berkisar 24-26oC,v pH 7,2-7,4 (agak basa), v oksigen minimal
3-5 ppm, v CO2 max 10 ppm, v nitrit max 0,2. Air yang
digunakan harus terdeklorinisasi atau sudah disaring dan diendapkan 24 jam. Air
yang digunakan untuk pemijahan dan penetasan telur sebaiknya memiliki kandungan
oksigen dan suhu yang stabil. Untuk menjamin tersedianya oksigen dapat
digunakan aerator, sedangkan suhu pada bak pemijahan diusahakan sama dengan
suhu air kolam dengan tingkat perbedaan (fluktuasi) kurang dari 5oC.
c. Pengelolahan pakan
Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan
omnivora (pemakan segala). Meski demikian ia biasa makan apa saja yang
bisa dimakan, seperti pucuk daun, atau berburu cacing di dasar sungai. Maka
inilah guna dari sungut yang ada pada mulut ikan. Pakan buatan untuk
pembesaran koi dapat diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Sumber protein
utama adalah formulasi kombinasi antara bahan nabati (misalnya tepung kedelai,
tepung jagung, tepung gandum, tepung daun, dll) dan bahan hewani (seperti;
tepung ikan, tepung kepala udang, tepung cumi,kekerangan dll) serta
multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co sebagai pelengkap pakan(Abid.2012).
Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna
sebagai daya tarik ikan koi sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan
dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin
(warna jingga), rutin (kuning) dan astasantin (merah). Zat-zat tersebut
terkandung pada tubuh hewan dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat
karotin; sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin;
spirulina, kepiting, udang mengandung astasantin. Para pembudidaya saat ini
tidak perlu lagi menyiapkan pakan sendiri karena sudah tersedia di pasaran
pakan koi yang sudah di formulasi sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan zat untuk
pembentukan warna ikan koi(Abid.2012).
Pakan alami atau
pakan
Pakan hidup misalnya cacing darah, cacing tanah,
daphnia, cacing tubifex cocok diberikan pada benih koi (hingga bobot 50 g/ekor)
karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan kondisi sistem pencernaan,
selain itu koi juga dapat memakan phitoplankton dalam kolam(Abid.2012).
Jumlah pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot
biomassa) dalam kolam dengan kisaran kebutuhan 3-5 % per-hari, dengan frekuensi
pemberian 2-3 kali per-hari hal ini juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan
media air pemeliharaannya.
Menurut pengalaman dan penelitian bertahun – tahun,
ditemukanlan bahan – bahan aktif yang dapat ditambahkan untuk membuat warna koi
lebih cemerlang. Koi yang dipelihara di kolam Lumpur ternyata memiliki kualitas
warna yang lebih cemerlang dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam tembok.
Ternyata ikan loi tersebut banyak menyantap ganggang yang memang tumbuh
di Lumpur. Ganggang yang dimakan koi mengandung banyak zat karoten. Maka kalau
anda ingin menambah warna ikan lebih cemerlang beri makan “krill”, paprika, dan
daun marigold, semuanya dapat anda campurkan dalam makanannya. Banyak makanan
sumber karoten ini sudah dalam bentuk extract sehingga mudah dicampurkan dengan
pellet atau roti (Abid.2012).
d. Pengelolaan hama dan penyakit
Hama yang terdapat di lingkungan sekitar kolam dan
dapat mengganggu pemeliharaan induk ikan koi antara lain ular, belut, ucrit
(ulat dengan dua capit di kepala), kutu ikan, kepiting sawah, dan cacing jarum
(Gambar 11). Sedangkan Penyakit pada ikan koi bermacam-macam, antara lain Koi
Herpes Virus (KHV) yang disebabkan virus, kutu ikan yang disebabkan oleh
parasit Argulus sp.,
Lernea
(cacing jangkar), ada juga yang berupa ulcer (borok), kerusakan insang dan
organ lain, serta pembengkakan pada perut.
Penyakit yang disebabkan KHV sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Oleh karena itu, penanggulangan ikan yang
terkena KHV adalah dengan memisahkan ikan yang terserang KHV dari kolam
pemeliharaan induk agar tidak menular pada ikan lainnya. Serangan hama berupa
kutu ikan biasanya ditangani dengan perendaman dalam larutan abate dengan dosis
3-5gr dalam 10L air (0,3-0,5 ppt) selama 24 jam atau dengan Diphterex berdosis
0,5-1,0 ppm selama 24 jam. Pengobatan bisa dengan garam dapur sebanyak 2-3%
selama 10-15 menit (Anonim, 2009). Kolam pemeliharaan induk dapat juga
diberikan desinfeksi dengan cara mengeringkan kolam, kemudian dilakukan
penebaran FASTAC
D. Panen yang terdiri dari :
1. Berdasarkan
warna
Warna koi yang dianggap bagus adalah yang benar-benar
cemerlang. Artinya Jika dalam seekor koi terdapat warna putih, maka putihnya
harus benar-benar putih tanpa ada gradasi kehitam-hitaman. Demikian pula Jika
pada koi terdapat warna merah, maka merahnya harus mencolok, tidak boleh
kemerah-merahan. Hitam pun demikian. Inilah yang sering dipakai untuk
membedakan antara koi lokal dengan harga lokalnya dibandingkan koi impor dengan
harganya yang selangit. Koi lokal umumnya warnanya belum sempurna benar, lain
dengan koi impor yang sudah tidak diragukan lagi. Selain gradasi warna, bercak
atau titik yang tidak “layak” tidak boleh ada. Misalnya saja pada bagian badan
yang berwarna putih bersih tidak boleh ada setitik pun warna merah atau warna
hitam. Masing-masing warna harus terpisah secara nyata, dan masing-masing
mempunyai hidang yang berbeda. Antara warna merah, putih, hitam, dan warna lain
harus terpisah dan tidak boleh bercam-pur. Bintik putih pun tidak boleh hadir
pada bidang yang berwarna merah ataupun hitam. Jika kita temukan koi yang
tubuhnya diselimuti selaput putih, itu merupakan pertanda bahwa koi sedang
ke-dinginan.
2. Berdasarkan ukuran
Tabel Tingkat
Pertambahan Panjang Ikan Koi
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||||||
Tabel Hubungan
Antara Panjang Koi dengan Berat Koi
|
||||||||||||||||||||||||||||
3. Berdasarkan pola
Semua tanda-tanda dalam tubuh koi haruslah seimbang.
Bagian putih pada mulut dan bagian ekor paling penting. Kepala yang membentuk
huruf seharusnya ideal, tapi yang berbentuk unik yang sering dibutuhkan. Dua
bagian yang menjadi pusat penilaian adalah bagian kepala dan bahunya dan daerah
ekor. Daerah kepala dan punggung jauh lebih penting dibandingkan daerah ekor.
Warna merah pada kepala harus lebar dan tegas. Garis putih pada leher sangat
diharapkan sekali pada seekor Kohaku. Pada daerah ekor yang sangat diharapkan
adalah warna putih yang bersih, tidak kehitam-hitaman. Pola warna yang
keiihatan berat pada daerah ini sungguh tidak diharapkan. Warna merah yang
buram misalnya, sangat tidak diharapkan hadir pada daerah ini.
Corak merah-hitam di tubuh koi yang berwarna putih
harus seimbang dan artistic. Artinya warna tertentu tak boleh hanya membungkus
satu sisi saja dari tubuh koi. Keseimbangan pola merah di atas warna putih
harus menjadi pertimbangan utama, meski boleh saja polanya saling melangkahi,
atau bersambungan. Dapat dipahami jika banyak orang memilih pola yang belang /
saling melangkahi, karena warna merah-putih di pola ini terlihat bisa saling
mengisi.
Sanke dengan pola hi yang
bersambungan dari kepala hingg ekor dikenal sebagai “aka sanke”. Jenis ini kurang
disukai, karena warna merah yang terlalu dominan membuatnya nampak berat. Jika
ada bagian putih yang memisahkan ekor dengan warna merah yang ada di dekat
ekor, maka jenis inilah yang digemari. Tanda merah di bibir koi (disebut
“kuchibeni”) menjadi nilai tambah jika ia meningkatkan penampilan koi secara
keseluruhan.
Sanke
yang bagus memiliki corak merah di bagian kepala, tapi harus tanpa warna hitam
sama sekali. Pola di kepala ini haruslah sedikit membentang melewati mata tapi
tidak boleh menyentuh hidung atau bibir, menyisakan bagian putih di ujung
kepala. Jika kepala sepenuhnya berwarna merah (disebut menkaburri), koi akan
terlihat seperti memakai kerudung dan ini dianggap negatif. Namun demikian,
beberapa koi bisa tetap terlihat bagus meski memiliki pola tersebut.
|
Komentar
Posting Komentar