BUDIDAYA IKAN KOI

BUDIDAYA IKAN KOI
A.    Klasifikasi dan Morfologi Ikan Koi

Ikan koi merupakan salah satu ikan hias yang memiliki harga jual yang tinggi dan juga sangat populer. Ikan ini termasuk dalam famili ikan mas atau “ Ciprynidae ” yang berasal dari negara jepang, dan sudah menyebar keberbagai wilayah lainnya. Ikan koi ini memiliki nama latin “ Cyprinus carpio ” yang memiliki warna yang sangat bervariasi.



Ikan koi ini merupakan hasil dari persilangan antara ikan karper dan ikan koi lainnya, sehingga menghasilkan keturunan yang sangat beragam dan memiliki warna yang sangat bervariasi. Ikan koi ini hampir sama memiliki klasifikasi dan morfologinya yaitu perhatikan sebagai berikut.
Klasifikasi Ikan Koi
Kingdom         : animalia
Filum              : Chordata
Sub filum        : Vertebrata
Kelas               : Esteichthyes
Ordo                : Ostariophysi
Sub Ordo         : Teleostei
Famili             : Cyprinidae
Genus              : Cyrinus
Spesies            : Cyprinus carpio

Morfologi Ikan Koi
Ikan koi memiliki bentuk memanjang atau di sebut torpedo, mempunyai sirip punggung, sepasang sirip perut, sepasang sirip dada, dan juga mempunyai sirip di bagian ekor. Pada sirip ikan koi ini terdiri atas jari lunak, jari keras, dan juga memiliki selaput sirip. Alat yang membantu untuk berenag dengan cepat terletak pada bagian selaput sirip atau di sebut sayap.
Ikan koi juga memiliki bentuk kepala yang hampir sama dengan ikan mas koki, yang terdapat kumis kecil ( sungut ) yang di gunakan untuk mendeteksi makanan yang ada di sekitar habitatnya ataupun lainnya. Namun, badan atau bentuk tubuh pada ikan koi terdapat dua jenis yaitu epidermis dan juga dermis. Bagian ini sangat berperan penting bagi ikan terutamanya melindungi dari serangan hama dan penyakit ikan, serta juga melindungi kotoran pada tubuh ikan.
Ikan koi juga memiliki warna yang sangat bervariasi berupa berwarna kemerahan, kekuningan, keputihan, kehitaman, kecoklatan, blaster hitam putih, blastek merah hitam dan lain-lainnya, tergantung dengan varietes pada ikan koi.
Selain itu, bagian struktur pada ikan koi  ini sangatlah banyak yaitu meliputi rongga mata, rongga insang, tengkorak, tulang belakang, sirip dada, tulang rusuk, sirip perut, tulang belakang, sirip punggung, sirip belakang dan sirip ekor.
A.    Teknik Pembenihan Ikan Koi
a.     Seleksi induk
            Syarat utama induk adalah calon induk sudah matang kelamin dan matang tubuh. Matang kelamin artinya induk jantan sudah menghasilkan sperma dan induk betina sudah menghasilkan telur yang matang. Matang tubuh artinya, secara fisik mereka sudah siap menjadi induk-induk produktif.
            Syarat lain fisiknya prima, tidak cacat. Sirip-siripnya lengkap, juga sisiknya. Gerakannya anggun, seimbang , tidak loyo. Umur jantan minimal 2 tahun, betina minimal 3 tahun. Betina lebih besar dibandingkan jantan, perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Jantan sebaliknya, lebih langsing dan perutnya rata jika dilihat dari punggung. Sirip induk jantan siap kawin akan muncul bintik-bintik putih (Anonim.2011).
Seekor induk betina berpasangan dengan 2 atau 3 induk jantan. Jika seekor betina hanya diberi seekor jantan di kolam pemijahan dan tak disangka jantannya ngadat, gagallah pemijahan. Dengan menyediakan stok jantan lebih dari satu, kegagalan pemijahan bisa dihindari(Anonim.2011).
            Disarankan untuk tidak menggunakan stok induk yang paling bagus, karena keturunannya biasanya jelek. Anak keturunannya belum tentu sebagus induknya. Yang dipijahkan sebaiknya koi biasa saja, tetapi masih memiliki sifat-sifat unggul, seperti warnanya pekat. Pada saat seleksi benih, nantinya bisa dipilh mana yang bagus dan mana yang diafkir(Anonim.2011).

b.      Pematangan gonad induk (alami dan buatannya)

            Ikan koi umumnya mencapai ukuran induk pada umur dua atau tiga tahun. Tidak ada perlakuan khusus dalam pematangan induk, untuk memacu pematangan induk yang dilakukan adalah pemberian pakan dengan takaran dan kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh induk. Syarat utama induk adalah calon induk sudah matang kelamin dan matang tubuh. Matang kelamin artinya induk jantan sudah menghasilkan sperma dan induk betina sudah menghasilkan telur yang matang. Induk jantan matang kelamin bila perutnya diurut akan mengeluarkan cairan berwarna putih pekat, sperma. Sedangkan induk betina dilihat dari ukuran perut yang membesar dan warna lubang genital kemerahan. Matang tubuh artinya, secara fisik mereka sudah siap menjadi induk-induk produktif. Syarat lain fisiknya prima, sirip lengkap, sisik lengkap dan tidak cacat, gerakan anggun dan seimbang, serta tidak loyo. Betina lebih besar dibandingkan jantan, perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Jantan sebaliknya, lebih langsing dan perutnya rata jika dilihat dari punggung. Secara morfologi fisik tersebut induk betina dan jantan relatif sulit dibedakan, tetapi perbedaan tersebutdapat dilihat pada Gambar 13 (perut betina terlihat besar dan perut jantan lebih langsing). Ikan betina yang perutnya terlalu besar tidak selalu mencerminkan jumlah telur yang banyak, terutama jika induk tersebut memiliki kandungan lemak tubuh yang berlebih. Kandungan lemak tersebut dapat dikarenakan pemberian pakan yang kurang cocok. Penanggulangan yang biasa dilakukan petani koi untuk menangani masalah ini adalah dengan mempuasakan induk betina pada air hangat dengan menggunakan heater sampai perutnya tidak terlalu besar dan setelah itu induk siap dipijahkan.
 
a) induk betina                        (b) induk jantan

c.   Pemijahan(alami dan buatannya)
Kolam pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri.Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna. Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain. Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolamantara6 -10 m2, cukupmemadai.
Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.
Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan minimal 1 kg. Kebanyakan pembudidaya memilih untuk membeli koi berkualitas baik untuk calon induk dengan ukuran 5-8 cm yang harganya murah untuk dibesarkan menjadi induk.
            Secara alami, carp memijah pada musim semi dan menjadi matang gonad dengan menaikkan suhu air. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah terpisah (untuk menghindari bertelur yang tidak diinginkan) dan tidak diberi pakan selama beberapa hari. Koi dapat memijah secara alami dan buatan yaitu dengan rangsangan hormon yang disuntikkan pada tubuh induk betina untuk mempercepat proses pembuahan. Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan dosis 0,2 mg/kg bobot ikan untuk satu kali penyuntikan. Ovulasi akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan. Sistem pemijahan tanpa pengurutan/stripping ini disebut pemijahan semi alami yang lebih aman karena tanpa melukai ikan. Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami sehingga perlu bantuan proses pembuahan buatan, maka dilakukan pengurutan telur dan sperma (stripping) yang merupakan pilihan terakhir. Induk betina dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat badan. Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan adalah 2 betina dan 1 jantan. Biasanya telur yang dikelurkan oleh induk betina menempel pada substrat (injuk) yang segera dibuahi oleh sperma jantan. Setelah telur dibuahi sebaiknya dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk dari wadah pemijahan atau sebaliknya telur yang diangkat dan dipindahkan kedalam wadah penetasan.

d.   Fertilisasi(pembuahan)
            Pembuahan atau fertilisasi merupakan asosiasi gamet, dimana asosiasi ini merupakan mata rantai awal dan sangat penting pada proses fertilisasi. Rasio pembuahan sering digunakan sebagai parameter untuk mendeteksi kualitas telur. Penggabungan gamet biasanya disertai dengan pengaktifan telur. Selama fertilisasi dan pengaktifan, telur-telur ikan teleostei mengalami reaksi kortikal. Kortikal alveoli melebur, melepaskan cairan koloid, dan selanjutnya memulai pembentukan ruang periviteline.
Terjadinya fertilisasi yang telah dilaksanakan, untuk mengamati terjadinya fertilisasi secara jelas, maka kita pilih terlebih dahulu gambar telur mana yang mengalami matang telur. Matang telur atau telur yang siap dibuahi, mengenai ciri yang paling terlihat adalah inti sel yang berada di pinggir atau mengarah pada dinding (mikrofil). Ternyata setelah diamati pada layar mikroskop, masuknya sperma ke dalam sel telur melalui lubang mikrofil, terjadinya sangat cepat sekali sehingga hanya beberapa dari kita yang benar-benar melihatnya. Sesaat setelah salah satu dari ribuan sperma  masuk kedalam ovum, maka dalam telur terjadi suatu perubahan atau pengembangan.
e.   Penetasan telur (alami dan buatan)
Telur yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu. Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air. Larva yang baru menetas belum memerlukan pakan selama 3-4 hari, karena masih mempunyai kantong kuning telur.
            Menjelang kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami berupa naupli artemia atau pakan alami lainnya yang seukuran. Kemudian secara bertahap dapat diberikan pakan buatan berupa butiran kering(pellet). Dalam 5 hari sesudahnya 1 juta larva memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg per hari. Pada tahap ini larva ditebar pada kepadatan 20-40 larva/liter. Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan sekitar 25kg telur artemia. Sintasan selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10 mg dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-.
            Larva yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran) kering dan dapat didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram). Pendederan terbagi atas 2 tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan hingga larva mencapai ukuran fingerling (2-3 cm). Pendederan II dilakukan dalam kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan dilakukan seleksi dan penjarangan (mengurangi kepadatan). Penjarangan bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan koi. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik.
            Waktu yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram) adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%. Sedangkan untuk mencapai ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan. Kualitas ikan koi (pola dan warna) bergantung dari tetuanya. Dari hasil seleksi ukuran fingerling, yang afkir mencapai 25-50%. Dari 1 juta telur dapat dihasilkan 225.000-338.000 ekor fingerling berkualitas baik (22–33 %).
f.    Perawatan larva (alami dan buatan)
            Larva yang baru menetas langsung dipelihara di kolam penetasan (inkubasi) telur, tidak dipindahkan ke kolam lain. Pemeliharaan larva dilakukan hingga mencapai ukuran benih 1,5 cm selama + 25 hari. Setelah pemeliharaan, benih tersebut akan ditebar ke dalam kolam pendederan pertama.  
Pemberian Pakan
            Larva tidak diberi pakan dari luar hingga kuning telur habis (+ umur 5 hari). Saat umur 5 hari dilakukan penjarangan larva untuk mencegah kematian masal karena jumlah yang terlalu padat. Penjarangan dilakukan dengan membagi larva yang ada ke dalam dua kolam pemeliharaan larva. Pada umur 5-8 hari larva tersebut sudah definitif dan dapat dikatakan sebagai benih. Selama 4 hari ini, benih sudah diberi pakan berupa kuning telur bebek setiap 2 hari sekali. Pemberian pakan ini dilakukan dengan mencampur 2 butir kuning telur yang sudah direbus dengan 4 liter air, kuning telur dihancurkan sampai halus dan membentuk campuran. Kemudian campuran air dengan kuning telur tersebut disebarkan ke dalam kolam pemeliharaan benih secara merata. Dan pada umur 8-25 hari benih (hingga panen) diberi pakan berupa cacing sutera secara ad-libitum. Penambahan cacing sutera dilakukan 2 hari sekali.
Pengelolaan Kualitas Air
            Wadah pemeliharaan larva adalah wadah yang sama dengan kolam pemijahan dan inkubasi telur. Jadi, sejak pemijahan hingga pemeliharaan larva tidak dilakukan pergantian air, hanya dilakukan penambahan air hingga ketinggian 60 cm untuk memelihara larva. Penambahan air dilakukan 2 kali dalam selama 1 siklus karena terjadi penyusutan, contohnya akibat evaporasi. Aerasi dihidupkan untuk menjaga suplai oksigen.
Hama dan Penyakit Pada Pemeliharaan Larva dan Benih
            Hama yang menjadi pengganggu pada pemeliharaan telur hingga larva antar lain ikan kecil, larva capung, keong, dan kodok bangkok (Gambar 19). Ikan-ikan kecil yang menjadi hama selama pemeliharaan larva berasal dari sisa benih siklus sebelumnya yang tertinggal setelah proses pembersihan wadah atau masuk bersama enceng gondok. Ukurannya lebih besar daripada larva-larva yang ada. Ikan-ikan kecil ini dapat memakan larva dalam jumlah besar. Penanggulangannya adalah dengan mengeluarkan ikan-ikan kecil tersebut menggunakan serok.
Menurut Dart dan Iwan (2006), ukuran larva capung atau dragon-fly larvae (Odonata sp.) dapat mencapai 2 cm. Biasanya larva ini masuk kolam bersama dengan tanaman air karena tempat persembunyiannya di akar tanaman atau terbenam dalam kotoran kolam. Makanannya berupa larva ikan sehingga sangat merugikan. Dalam sehari saja bisa kehilangan banyak larva ikan. Pemberantasan hama ini dengan diserok karena mudah dilihat, lalu dimusnahkan. Bila jumlahnya terlalu banyak, pemberantasannya dengan pemberian insektisida Sumithion 0,01 ml/l air. Selain itu, pemberantasan bias dengan pengurasan kolam hingga bersih. Setelah dikeringkan, kolam dapat diairi untuk digunakan kembali.
Pemanenan Benih
            Setelah pemeliharaan selama + 25 hari, benih telah mencapai panjang rata-rata 1,5 cm. Pada saat itulah dilakukan pemanenan benih. Pemanenan benih dilakukan pada sore hari. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan serok berbentuk segitiga dan memiliki salah satu sisi yang melebar. Selain serok tersebut, digunakan pula serok berukuran lebih kecil dengan ukuran jaring 0,5 mm sampai 1 mikron (Gambar 20). Proses pemanenan dilakukan dengan menyeser seluruh benih yang terdapat di dalam kolam pembenihan menggunakan serok, lalu benih tersebut dimasukkan ke dalam ember. Benih di dalam ember dapat dibawa langsung atau dipindahkan ke dalam plastik packing terlebih dahulu sebelum diangkut ke kolam pendederan untuk dipelihara lebih lanjut.

Komentar

  1. Salam Bahari!!!
    Saya Yafi Ibnu Sienna NPM.051 Kelompok 4b. ingin bertanya kepada teman teman.
    Idealya ukuran kolam yang pas untuk membudidayakan ikan koi ini berapa? Terima Kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahari jaya!!
      Saya wisnu ginanjar npm 036. Akan menjawab pertanyaan dari saudara Yafi.

      Untuk ukuran kolam yang ideal dalam membudidayakan ikan koi tidak beda halnya dengan membudidayakan ikan mas. Ikan yang sama-sama memiliki genus Cyprinus ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda. Ukuran kolam ideal untuk membudidayakan ikan koi adalah dengan perbandingan 500 m² untuk 100 kg ikan.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMASARAN IKAN KOI

TEKNIK PEMBESARAN IKAN KOI